About Meeting Strangers
“Oh iya, in case kita ketemu lagi di jalan, dan malah ‘a e a e’, nama lo siapa? gue Nanda”
“Untung tadi gapapa ((gue hampir ketabrak kereta)), gue Johan. Oh iya lo dari mana?”
“Lo liat nya dari sisi ini deh, lebih jelas karya nya ((sambil ngarahin kalo karya nya Antonella Cimatti ini harus diliat dari sisi sebelah sana agar pesan dari karya dapat tersampaikan)), btw gue Joy”
Gue seneng banget ketemu orang baru. Sesenang itu, bahkan apabila semisal gue penasaran dengan seseorang di dekat gue, gue ga akan sungkan-sungkan untuk ngobrol dan pastinya kenalan. Itu lah mengapa, kadang gue suka jalan-jalan jauh sendirian. Agar ketika di perjalanan gue bisa kenalan sama orang baru, ngeliatin tingkah laku orang lain, atau hanya sekedar menikmati sepasang kakek-nenek duduk bergelayutan di umur mereka yang sudah tidak muda. Hal lain yang gue nikmati dari ketemu orang baru adalah, cerita-cerita yang mereka sampaikan sering kali membawa kisah-kisah baru bagi gue. Ada seorang Bapak waktu itu, beliau menceritakan mengenai kehidupannya di lombok. Lain waktu gue ketemu junior gue di kampus yang ternyata dia suka juga short escape hanya untuk melepas penat belajar. Waktu yang dihabiskan untuk bercerita pun bervariasi bisa sesingkat perjalanan kereta Bandung-Jakarta, atau hingga sepanjang perjalanan kereta Bandung-Yogyakarta.
Ketika gue ketemu dengan orang lain, hampir engga pernah terbersit di pikiran gue bahwa gue akan bertemu dengan orang yang jahat. Begitu juga ketika seseorang tersebut yang men-suggest pembicaraan terlebih dahulu. Gue akan dengan senang hati membalas dan saling bertukar cerita dengan seorang “stranger” tersebut. Tapi rasa kepercayaan terhadap orang asing seperti itu, bukan hal umum yang dimiliki orang-orang. Entah kenapa, beberapa teman gue ada aja gitu yang nanya, gimana stranger ini ngajak kenalan. “masa iya Ip, tiba-tiba ngajak kenalan aja gitu?” they said. Gue berpikir, kenapa engga? memangnya salah ya kalau tiba-tiba ada orang asing yang ngajak kenalan?
Bagi banyak teman-teman gue yang gue tanyakan, mereka ga akan senyaman itu ketika pertama kali diajak ngobrol dan kenalan oleh orang asing. Akan banyak asumsi-asumsi jahat terhadap orang asing ini. Entah orang asing ini bermaksud jahat, karena ga pernah kenal sebelumnya, takut sharing informasi pribadi dan lainnya. Hal ini sometime membuat gue berpikir loh, random people yang tiba-tiba gue ajak ngobrol akan berpikir hal yang sama ga ya dengan teman-teman gue ini. “eh siapa nih bocah satu tiba-tiba ngajak ngobrol”.
Back to the main topic, gue yang terlalu naif karena engga pernah berpikir stranger itu punya maksud jahat, atau orang-orang dengan asumsi demikian terlalu overworried?
ps: ketika gue membuat tulisan ini, gue mengingat kembali hal-hal apa saja yang gue pernah share ke strangers on first time meet. Those are: contact number, address, origin, asal kampus, asal jurusan, then? ((i guess gapapa ah:))) ))
pps: gue pernah duduk sebelahan sama mas-mas di kereta. Terus habis itu gue di traktir dunkin donut, what a treat! Tuhkan lumayan, ajak ngobrol temen duduk sebelah kamu pas di kereta/bis/pesawat, Gih!